Minggu, 12 Desember 2010

Bahasa non verbal di lingkungan mahasiswa FISIP Atmajaya Yogyakarta


Secara teoritis, komunikasi nonverbal adalah proses penciptaan dan pertukaran pesan (komunikasi) tidak dengan berbicara, namun dengan gerakan tubuh, ekspresi wajah, vokal, sentuhan, dan lain sebagainya. Menurut para ahli, 50% kesan pertama orang lain terhadap diri kita, di luar konteks dan tanpa informasi latar belakang, didasarkan pada hal-hal non-verbal, yang meliputi penampilan dan postur tubuh (Albert Mehabrian).
Cara untuk berkomunikasi tidak harus berupa kata yang terucap atau aksara yang tertulis. Ada bentuk komunikasi lain yang seringkali tidak kita sadari. Padahal bentuk komunikasi ini paling sering digunakan. Komunikasi ini disebut komunikasi nonverbal. 
Komunikasi non-verbal merupakan bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Komunikasi non-verbal menggunakan tanda-tanda melalui tubuh meliputi gerak tubuh, ekspresi muka dan nada suara.
Tujuan komunikasi nonverbal terdiri dari:
1. Menyediakan/memberikan informasi.
2. Mengatur alur suara percakapan.
3. Mengekspresikan emosi.
4. Memberikan sifat, melengkapi, menentang, atau mengembangkan     pesan-pesan verbal.
5. Mengendalikan atau mempengaruhi orang lain
6. Mempermudah tugas-tugas khusus misalnya mengajari suatu permainan olah raga tertentu.

 Jenis-jenis komunikasi non-verbal yang bisa menunjukkan bagaimana seseorang mengekspresikan emosinya dalam berhubungan dengan orang lain, diantaranya yaitu:
1. Ekspresi muka
Wajah bisa mengkomunikasi apa yang sebenarnya dirasakan atau dibutuhkan. Kita bisa mengkomunikasikan rasa cinta, ketakutan, kegembiraan, kesedihan, apakah itu melalui mata, bibir, atau jidat. Muka merupakan tempat utama dalam mengekspresikan emosi seseorang. Ini dapat terlihat dari jenis dan intensitas perubahan muka seseorang. Mata seseorang terutama sangat efektif untuk mengindikasikan perhatian dan minat, mempengaruhi orang lain, mengatur interaksi dan membuat dominasi.
2. Badan
Posisi badan dapat menunjukkan bagaimana keadaan seseorang. Apakah dia sedang percaya diri, riang, kelihatan bingung, suasana hati yang kurang baik, atau putus asa. Dalam suatu proses wawancara posisi badan biasanya dapat menunjukkan situasi yang dihadapi oleh pelamar kerja, apakah percaya diri atau kurang percaya diri.
3. Gerak tubuh
Gerak tubuh bisa menunjukkan komunikasi seseorang. Seseorang yang mengatakan “tidak tahu”, mungkin akan menggelengkan kepalanya, atau jika seseorang menunjukkan rasa tidak peduli terhadap pertanyaan kita, bisa saja dia mengangkat bahunya.
4. Intonasi suara
Intonasi suara dapat menunjukkan komunikasi. Apakah seseorang berbicara dengan tekanan tertentu, berbicara keras, marah atau sinis dan meremehkan dapat diketahui dari intonasi bicaranya.
5. Kontak mata
Komunikasi seseorang dapat menggunakan tatapan matanya. Apakah ia marah, cinta, atau sedih dapat diketahui dari tatapan matanya. Seringkali tatapan mata tidak dapat membohongi. Orang dengan dapat mudah menangkap suasana hati lawan bicaranya dengan melihat tatapan matanya.
6. Diam
Diam bisa berarti juga sedang melakukan komunikasi. Seseorang dengan diam bisa saja ia mengkomunikasikan tidak ingin diganggu, atau sedang marah, sebel, benci, dan sebagainya. Dalam komunikasi di budaya Timur, diam bisa diartikan dengan beragam arti. Tanda-tanda nonverbal lainnya dapat memperkuat atau menjelaskan arti kondisi diam seseorang yang sebenarnya.
7. Perilaku sentuhan
Sentuhan merupakan saran penting dalam mengkomunikasikan kehangatan dan kenyamanan seseorang.

 Pada hasil pengamatan yang saya lakukan di lingkungan FISIP Atmajaya Yogyakarta bahasa non verbal yang paling sering digunakan adalah bahasa non verbal seperti :

Gerakan Tubuh
Ilustrator ; Ilustrator adalah perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah "mengilustrasikan" pesan verbal. Ilustrator bersifat lebih alamiah, kurang bebas. dan lebih universal ketimbang emblem. Mungkin sekali ilustrator ini mengandung komponen‑komponen yang sudah dibawa sejak lahir selain juga yang dipelajari.
Mahasiswa sering menggunakan bahasa non verbal illustrator saat memanggil temannya dengan bahasa non verbal seperti “hei, coba kamu kesini” yang didukung dengan gerakan melambai yang mempertegas bahwa dia memanggil temannya. Ada juga gerakan seperti  mengangguk saat menyatakan iya dan menggelengkan kepala saat mahasiswa tersebut menyatakan tidak.
Regulator ; Regulator adalah perilaku nonverbal yang "mengatur," memantau, memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Regulator jelas terikat pada kultur dan tidak universal.
Saat dua orang mahasiswa sedang melakukan komunikasi, mahasiswa yang sedang mendengarkan kebanyakan lebih memperhatikan mahasiswa yang sedang berbicara dengan menatap mata mahasiswa yang sedang berbicara dan kadang untuk menandakan dia mengerti sesekali dia akan menganggukan kepala.
Gerakan Wajah (Affect Display)
Gerakan wajah mengkomunikasikan macam‑macam emosi selain juga kualitas atau dimensi emosi. Kebanyakan periset sependapat dengan Paul Ekman, Wallace V. Friesen, dan Phoebe Ellsworth (1972) dalarn menyatakan bahwa pesan wajah dapat mengkomunikasikan sedikitnya "kelompok emosi" berikut: kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan/penghinaan.
Mahasiswa sering mengekspresikan apa yang sedang dirasakannya seperti menunjukkan ekspresi  bahagia saat mendapatkan nilai yang baik atau mendapatkan kabar baik, ekspresi marah saat bermasalah dengan temannya, ekspresi sedih saat bermasalah dengan pacarnya.
Komunikasi Sentuhan (Touch Communication)
Komunikasi sentuhan, yang juga dinamai haptik (haptics), barangkali merupakan bentuk komunikasi yang paling primitif (Montague, 1971). Dari segi perkembangan, sentuhan (touch) barangkali merupakan rasa (sense) pertama yang digunakan.
Makna setuhan juga sering digunakan dalam bahasa non verbal seperti bercanda. Sentuhan seringkali mengkomunikasikan keinginan untuk bercanda, dengan perasaan kasih‑sayang ataupun secara agresif. Bila manusia mengkomunikasikan afeksi atau agresi dengan cara bercanda, emosi akan kendur dan ini mengisyaratkan kepada orang lain untuk tidak memandangnya terlalu serius. Sentuhan canda memeriahkan interaksi.
Disini seringkali mahasiswa menggunakan makna sentuhan seperti bercanda saat mahasiswa perempuan yang sedang dijahili oleh teman mahasiswa laki-laki akan menggunakan makna sentuhan seperti bercanda untuk menandakan ia tidak marah atau perasaan malu. Hal ini berkaitan dengan sentuhan dan perbedaan jenis kelamin yang mana disini memperlihatkan bahwa wanita lebih sering memulai sentuhan ketimbang pria dan bahwa wanita menyentuh dan disentuh lebih banyak ketimbang pria dan ini menurut penelitian yang paling termasyur tentang sentuhan dan perbedaan jenis kelamin dilakukan oleh Sidney M. Jourard (1968). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar